Sabtu, 14 Juli 2012

Sumbangsih Kerajinan, Perdagangan dan Pariwisata dalam Peningkatan Perekonomian Masyarakat di Kabuhpaten Bantul


Disusun oleh: M Rizal Dhukha Islam
Nim: 10230012
Latar belakang
            Salah satu fungsi kerajinan dan pariwisata serta potensi-potensi yang ada di kabuhpaten bantul memberikan perubahan yang lebih baik dalam mensejahterahkan masyarakat yang ada disana. Kerajinan dan perdagangan sudah bukan hal yang baru bagi warga bantul, setiap harinya yang mereka lakukan yaitu membuat kerajinan semisal kerajinan batik kayu, kipas bambu, gerabah dan masih banyak lagi. Ditambah lagi pariwisata yang ada semacam desa wisata, taman buah dan gua cermai. Itu semua merupakan potensi yang harus terus di gali dan dikelolah secara sistematis agar terciptalah tatanan masyarakat yang sejahterah baik secara materil maupun Non-materil.
            Dalam pencapain misi tersebut, diperlukannya pengembangan sumber daya manusia (PSDM) yang baik. Jika SDM yang ada belum terorganisir otomatis tidak mempunyai manajemen yang jelas apalagi sistematis. hal ini yang menyebabkan munculnya problema-problema dalam individu ataupun kelompok masyarakat. Contoh dari 17 kecamatan yang terdiri 75 desa di daerah bantul, berapa yang sudah benar-benar unggul dalam masalah perekonomian. Meskipun secara garis besar kabuhpaten bantul merupakan daerah yang bisa disebut sebagai daerah yang swakarsa.
            Solusi yang tepat untuk itu, harus dilakukannya kerja sama antara pihak pemerintah daerah bantul dengan warganya dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Mungkin dengan melalui pendekatan-pendekatan yang super aktif, dimana pendekatan ini dapat menstimulus cara berpikir warga bantul agar tanggap, cermat, dan melakukan apa yang menjadi keinginannya dalam batasan untuk perubahan pada dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.


           
Pembahasan
Daerah bantul merupakan daerah yang secara garis besar merupakan daerah yang independent/mandiri/swakarsa. Menurut data badan pembangunan daerah bantul. Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa, dalam potensi pengembangan dari data yang sudah ada. Dibagi menjadi enam kategori: jasa dan perdagangan, industri kecil dan kerajinan, nelayan, persawahan, pertambangan, peternakan.
Seperti bahan tambang yang ada meliputi pasir/kerikil, tanah liat, batu putih/batu gamping, kalsit, breksi, batu apung, mangaan, andesit, tras, bentonit,dan pasirbesi.
Di Kecamatan Dlingo memiliki Khusus bahan galian mangaan (bahan galian Golongan B) dengan cadangan yang relatif sedikit dan tidak berpotensi untuk ditambang. Pertambangan bahan galian di Kabupaten Bantul umumnya ditambang oleh masyarakat setempat dengan menggunakan ijin, akan tetapi sampai saat ini banyak penambangan yang tidak berijin. Berdasarkan data pada yang masuk maka jumlah usaha penggalian bahan tambang dari tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Bahan galian yang telah diusahakan adalah tanah liat sebagai bahan pembuatan bata merah, gerabah, dan keramik serta digunakan sebagai bahan urug. Untuk pasir/kerikil digunakan sebagai bahan bangunan dan untuk batu putih/batu gamping yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan kapur tohor. Sedangkan Breksi batu apung telah dimanfaatkan sebagai bahan pondasi ringan, ornamen/partisi, breksi, dan barang kerajinan. Bahan galian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pasir besi yang terdapat di kawasan pantai dan dalam penambangannya, perlu perhatian khusus pada aspek lingkungan.
Kesimpulan
            Kabuhpaten bantul sudah maju akan SDA nya tinggal memerlukan SDM yang unggul dan berkualitas dalam segala hal agar terciiptalah bantul yang benar-benar independen secara realita bukan hanya secara garis besarnya saja. Untuk itu perlulah seorang fasilitator dalam memprakarsai jalannya sistem internal dan eksternal yang ada dipemerintahan dan warga bantul.
Daftar pustaka
BAPPEDA kabuhpaten bantul
www.bantulkab.go.id. Diakses pada tanggal 13 juli 2012 pada pukul 9.02 wib.

Rabu, 06 Juni 2012

Penduduk Indonesia Meningkat


Negara Republik Indonesia yang memiliki luas kurang lebih 1,904,569 km2 dan saat ini jumlah penduduk Indonesia 2012 diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa.
Pada awal tahun 2010, pemerintah telah melakukan sensus penduduk dan diperoleh jumlah penduduk Indonesia saat itu adalah 237.556.363 jiwa yang tersebar dari sabang sampai merauke dengan tingkat kepadatan 124/km2.
Sebelum mengakhiri artikel seputar jumlah penduduk Indonesia 2012 ~ penulis sangat berharap sekali agar pembaca membantu pemerintah dalam mensukseskan program KB.

Senin, 27 Februari 2012

manajmen

Sering kita mendengar kata manajemen, namun banyak di antara kita tidak tahu pengertian manajemen / definisi manajemen tersebut, kali ini coba kita lihat apa sih pengertian manajemen itu sebenarnya ?
Kata manajemen di ambil dari kata bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin.
Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli :
  1. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
  2. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By : James A.F. Stoner)
  3. Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry )
  4. Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.(By : Lawrence A. Appley)
  5. Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. (By : Horold Koontz dan Cyril O’donnel )
Sebenarnya ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah :
“Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”

Minggu, 15 Januari 2012

gerakan sosial di Indonesia

Indonesia, negara yang disebut sebagai negara demokrasi, telah mengalami fase-fase perubahan gerakan sosial. Perubahan atau perkembangan itu terlihat jelas pada tiga era. Yaitu era orde lama, orde baru, serta era pasca reformasi tahun 1998. Perubahan tersebut dilihat dari aktor-aktor utama yang terlibat di dalamnya. Pada awalnya, di era orde lama, yang menjadi aktor utama dalam terbentuknya gerakan sosial adalah kaum intelektual yaitu mahasiswa. Keadaan yang sempat carut marut pada masa itu mendorong kaum intelektual untuk melakukan sebuah gerakan untuk mengkritik pemerintahan. Wajar saja jika mahasiswa mampu melakukan gerakan seperti itu. Karena seperti apa yang dikatakan oleh Pierre Bourdieu, bahwa kaum intelektual punya kewajiban sebagai ‘juru bicara’ bagi kaum yang tertindas dan mampu menjadi alat kritik terhadap pemerintahan. Mahasiswa atau kaum intelektual memiliki kewajiban seperti itu karena mereka ditempatkan pada posisi yang otonom pada arena intelektual. Artinya, mereka memiliki kebebasan untuk melakukan sebuah kegiatan yang didasarkan pada kemampuan dan kapasitas meraka sebagai kaum intelektual.

Kedua, pada era orde baru, kebebasan kaum intelektual mulai dibatasi, bahkan dikekang oleh rezim yang berjalan pada saat itu. Hal ini jelas sangat mengganggu posisi mereka yang otonom. Maka tidak aneh ketika gerakan mahasiswa pada saat itu redup. Namun akumulasi tekanan yang terjadi pada saat itu menghasilkan sebuah ‘ledakan’ gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang memaksa rezim pada saat itu runtuh. Turunnya rezim orde baru pada saat itu disebut sebagai era reformasi. Walaupun gerakan tersebut merupakan gerakan mahasiswa, namun organisasi-organisasi non-pemerintah dianggap sebagai aktor utama gerakan tersebut. Organisasi-organisasi tersebut lah yang ditengarai berada ‘di balik layar’ munculnya gerakan mahasiswa tersebut.

Kemudian, era pasca reformasi tahun 1998, ‘pintu’ demokrasi mulai terbuka kembali. Pada era inilah, posisi otonom kaum intelektual telah dikembalikan. Namun, hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap munculnya gerakan-gerakan sosial, terutama untuk mengkritik pemerintahan. Salah satu sebabnya adalah karena tekanan yang dilakukan pada era orde baru telah mempengaruhi pola pikir mahasiswa atau kaum intelektual untuk tidak bertindak memberontak. Media yang dikuasai oleh pemerintah pada orde baru pun menjadi salah satu sebab yang signifikan terhadap pembentukan atau perubahan pola pikir kaum intelektual. Seperti yang dikatakan Noam Chomsky, bahwa media sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seseorang di luar kesadarannya. Tentu sangat wajar ketika media dianggap sebagai salah satu penghambat munculnya gerakan sosial.

Namun minimnya gerakan kaum intelektual pada era pasca reformasi tidak serta merta menjadi penghambat munculnya gerakan sosial di Indonesia. Gerakan sosial pada era ini aktor utamanya justru rakyat itu sendiri. Secara mandiri, rakyat telah mampu membentuk adanya sebuah gerakan sosial untuk melawan sebuah penindasan atau dominasi kekuasaan. Jika dilihat dari sudut pandang Anarkisme, gerakan tersebut merupakan alat kontrol dari negara atau pemerintah yang berkuasa, karena negara atau pemerintah dianggap sebagai penghambat kebebasan manusia. Selain itu, sebab lain munculnya gerakan sosial disebabkan karena perkembangan teknologi dan akibat dari mulai terbukanya kembali ‘pintu’ demokrasi. Masyarakat, khususnya kaum intelektual seperti mahasiswa, telah memanfaatkan adanya alat komunikasi modern (contoh: handphone, internet) dan situs-situs jejaring sosial (contoh: facebook, twitter) untuk melakukan sebuah propaganda. Pemanfaatan teknologi tersebut merupakan salah satu cara yang signifikan untuk menciptakan sebuah gerakan sosial. Karena sejatinya, teknologi merupakan alat ‘penghapus’ batas-batas komunikasi. Selain itu, ruang-ruang publik seperti pasar, kafe, atau taman pun mampu dijadikan tempat untuk membuka sebuah pembicaraan atau obrolan terkait masalah-masalah pemerintahan tanpa adanya tekanan dari pemerintah atau rezim yang sedang berkuasa.

Gerakan sosial di era pasca reformasi yang muncul dari rakyat lebih pada gerakan kelompok. Seperti gerakan buruh, gerakan petani, gerakan PKL (Pedagang Kaki Lima), atau semacamnya. Gerakan tersebut merupakan gerakan yang bertujuan untuk mengkritik atau menuntut kebijakan pemerintah yang dianggap telah merugikan mereka. Dahrendorf (1959) menyebutkan ada tiga kondisi yang mampu memunculkan adanya kelompok perjuangan. Yaitu, komunikasi terus di antara orang-orang senasib; adanya seorang pemimpin yang membantu mengartikulasikan ideologi, mengorganisasikan kelompok, dan memformulasikan rencana untuk melakukan tindakan kelompok; dan legitimasi dari pihak lain, atau tidak adanya tekanan yang signifikan dari pihak lain yang mampu menghambat munculnya gerakan tersebut. Poin-poin tersebut menjadi penjelas sebab munculnya gerakan rakyat yang bersifat kelompok atau kolektif. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Amartya Sen. Dia berpendapat bahwa persamaan identitas atas kepentingan yang sama mampu memberikan kekuatan dan rasa solidaritas yang tinggi. Jelas hal ini akan memberikan sebuah kepercayaan diri terhadap rakyat yang ingin melakukan sebuah gerakan secara kelompok atau kolektif.