Selasa, 17 Desember 2013

Bahaya ‘New right’ dan Korporatisme

Memahami bahaya New right dan Korporatisme adalah penting bagi pekerja pengembangan masyarakat, karena hal ini merupakan aspek penting dari konteks kontemporer pengembangan masyarakat dan layanan-layanan berbasis masyarakat. pada hakikatnya bahaya-bahaya tersebut terletak pada transformasi neoliberalisme dari sumber daya sosial menjadi barang-barang privat yang diperjualbelikan. Perdana menteri Margaret Thatcher, seorang pemain penting dalam pengenalan neoliberalisme ke dalam politik dan kebijakan nasional dan internasional, secara tidak sengajamerumuskan bahaya tersebut dalam artikel majalah Women’s Own 3 Oktober 1987:
Saya pikir kita telah melalui sebuah periode yang orang terlalu banyak diberikan pengertian bahwa jika mereka mempunyai masalah, maka kewajiban pemerintahlah untuk mengatasi masalah tersebut. ‘saya mempnyai masalah, saya akan mendapatkan bantuan gratis.’ Saya tidak mempunyai rumah, pemerintah harus menyediakan rumah bagi saya’. Mereka melemparkan masalah mereka kepada masyrakat luas (Society). Dan, tahukah anda, tidak ada itu yang disebut massyarakat luas. Yang ada adalah individu-individu laki dan perempuan, keluarga. Dan pemerintah tidak dapat melakukan apa-apa kecuali melalui orang-orang dan setiap orang pertama-tama haru melihat ke diri mereka dahulu. Orang terlalu banyak memikirkan hak-haknya, tanpa kewajiban-kewajiban. Tidak ada yang disebut hak, kecuali seorang telah memenuhi kewajibannya.
Inilah pandangan new right. Untuk menanggapi kegagalan negara kesejahteraan, paham ini mengusulkan reduksi masyarakat luas menjadi individu dan keluarga. Dengan demikian, paham ini memberikan tanggung jawab untuk berprestasi, dan menyalahkan terjadinya masalah-masalah sosial, kepada individu dan keluarga. Margaret melepaskan segala peran negara dalam kesejahteraan manusia. Pemerintah berperan hanya jika individu-individu mengalami keberhasilan. Sikap ini menempatkan individu dan keluarga yang miskin berada dalam posisi yang  tak dapat dibela. Mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan sampai mereka sendiri berprestasi dan berhasil. Mereka melihat tanggung jawab mereka adalah memelihara kesehatan ekonomi nasional. Sebagian membuat asumsi bahwa ekonomi yang sehat akan menghasilkan rakyat yang sehat. Untuk menjadi sebuah ekonomi yang sehat diperlukan kemampuan bersaing secara internasional. Dalam sebuah dunia yang terglobalisasi, ekonomi yang sehat adalah syarat yang sangat penting dan banyak pemerintah menjadikannya sebagai priorita teratas.
Oleh karena itu banyak sekali kritik terhadap neoliberalisme dalam prespektif keadilan sosial dan HAM, intinya neoliberalisme dan paradigma pasar meningkatkan ketidakmerataan dan pengecualian. Jarak antara yang kaya dan miskin semakin besar. Hanya ada sedikit manfaat dari gerakan uang dan modal. Negara afrika, air telah diprivatisasi dan meteran prabayar digunakan untuk membeli air minum gratis, yang umumnya air tidakbersih. Bayi-bayi mereka tertular penyakit diare dan meninggal. Ini adalah contoh yang nyata dan kejam sekali dari bahaya neoliberalisme.
Mesin-mesin penggerak neoliberalisme, yaitu bisnis transnasional dan korporat ekonomi raksasa, tentu saja tidak mendorong terjadinya debat mengenai isu-isu keadilan sosial, HAM dan kesejahteraan sosial. Banyak keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan rakyat dibuat oleh korporat transnasional
Visi-visi Terbatas dan kebangkitan Individualisme
Peningkatan konsentrasi kekuatan ekonomi global ke tangan segelintir orang telah mendorong penigkatan individualisme, terutama dalam masyarakat barat. Di sana, nilai ditempatkan pada individual dan capaian individual. Penghargaan kepada capaian individual memperkuat kompetisi di atas koperasi. Selanjutnya, melemahkan ikatan sosial dan cenderung menyingkirkan yang lain.sikap menyalahkan individu membuat struktur-struktur yang tidak adil menjadi tidak tampak dan mendorong permusuhan, ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka yang menyimpang dari norma dan mereka menjadi pesaing. Kepercayaan tererosi dan digantikan dengan ketidakpercayaan.
Keberatan Mendasar
Krisis dalam negara kesejahhteraan adalah hasil dari sistem sosial, ekonomi dan politik yang tidak berkelanjutan, dan yang telah mencapai suatu titik krisis ekologis. Setiap tanggapan konvensional atas krisis dalam negara kesejahteraan adalah sesuatu yang dalam dirinya sendiri didasarkan atas asumsi-asumsi yang berorientasi pada pertumbuhan yang tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu dirinya sendiri tidak berkelanjutan.


Sebagaimana telah ditunjukkan oleh para penulis Marxis (Gough, 1979), negara kesejahteraan telah tumbuh secara berdampingan dengan kapitalisme industri, dan harus dilihat sebagai bagian integral dari orde sosial, ekonomi dan politik yang ada. provisi layanan sosial negara seperti kesehatan, pendidikan, perumahan dan kesejahteraan bukanlah sekadar hasil pandangan-pandangan altruistis pemerintah yang ramah dan peduli, tetapi merupakan keperluan bagi kapitalisme industri untuk bertumbuh dan berkembang, dan sebagai suatu cara untuk memantapkan dan memelihara kontrol sosial (Kennedy, 1989).

Menghargai Kebudayaan Lokal

Kebudayaan lokal masyarakat dapat terkikis oleh pemaksaan nilai-nilai dominan dari luar, dengan demikian menghilangkan nilai dan menganggap rendah pengalaman masyarakat lokal (Kleymeyer, 1994). Jika tidak hati-hati pengembang masyarakat dapat dengan mudah menjadi bagian dari erosi kultur lokal ini. Asumsi-asumsi (sering tanpa disadari) tindakan yang tepat tentang cara mengerjakan sesuatu, tentang apa yang penting. Pekerja harus berhati-hati untuk tidak mengasumsikan superioritas tradisi-tradisi kebudayaannya sendiri, dan jika tidak mampu mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, maka upaya yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat tidak akan berhasil.
Walaupun demikian, untuk mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, bukan berarti selalui menyetujui semua nilai praktik lokal. Terdapat banyak keadaan suatu nilai kebudayaan masyarakat bukan hanya bertentangan dengan yang di anut pekerja, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM. Contoh-contohnya mungkin seorang pekerja dalam sebuah masyarakat akan menemukan penindasan perempuan dibenarkan sebagai bagian dari kultur tradisional. Dalam kasus tadi, penting bagi pekerja untuk mampu melepaskan kacamata kudanya yang membuat dia berpandangan sempit, dan menerima/ mengesahkan kultur masyarakat lokal. Kasus pertama, yakni kultur lokal dilihat berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM, hanya sedikit yang akan diperoleh seorang pekerja masyarakat yang mengadopsi suatu posisi konfrontatif; ini akan dengan mudah berakibat sang pekerja ditolak oleh masyarakat. tetapi pekerja masyarakat perlu mengingat dua hal penting tentang kultur. Pertama, bahwa suatu kebudayaan tidak pernah statis: nilai dan praktik kebudayaan selalu berubah, dan tantangannya adalah menolong masyarakat terlibat dengan proses perubahan kebudayaan deengan suatu cara yang reflektif dan membangun. Kedua, bahwa tidak ada kebudayaan yang monolitis. Akan ada orang dalam masyarakat yang tidak sepenuhnya setuju dengan nilai-nilai kebudayaan dominan, dan yang tidak terlibat dalam praktik kebudayaan tertentu (melakukannya dengan was-was). Nilai-nilai dan praktik-praktik kebudayaan diuji atau dipertandingkan dalam lingkup masyarakat, dan ini salah satu penyebab yang membuat kebudayaan dinamis ketimbang statis.

Hal yang penting adalah bahwa nilai-nilai kultural lokal adalah penting dalam pengembangan masyarakat, dan dengan demikian adalah hakiki untuk seorang pekerja masyarakat untuk berupaya mengerti dan menerima kultur lokal seperti itu, dan bila mungkin mengesahkan dan bekerja dengan kultur tersebut. Berupaya memaksa suatu nilai yang lain hanya karena pekerja lebih terbiasa dan nyaman dengan itu, adalah melakukan suatu imperialisme kultural yang melemahkan dan berlawanan  dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. bahkan, ketika nilai-nilai dan praktik-praktik kebudayaan suatu masyarakat mngangkat isu-isu HAM yang penting, seorang pekerja masyarakat perlu menghormati dan menerima pentingnya kultural lokal bagi warga masayrakat tersebut, dan menggunakannya sebagai sebuah titik permulaan untuk bekerja menuju perubahan.