Kebudayaan
lokal masyarakat dapat terkikis oleh pemaksaan nilai-nilai dominan dari luar,
dengan demikian menghilangkan nilai dan menganggap rendah pengalaman masyarakat
lokal (Kleymeyer, 1994). Jika tidak hati-hati pengembang masyarakat dapat
dengan mudah menjadi bagian dari erosi kultur lokal ini. Asumsi-asumsi (sering
tanpa disadari) tindakan yang tepat tentang cara mengerjakan sesuatu, tentang
apa yang penting. Pekerja harus berhati-hati untuk tidak mengasumsikan
superioritas tradisi-tradisi kebudayaannya sendiri, dan jika tidak mampu
mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, maka upaya yang dilakukan
dalam pengembangan masyarakat tidak akan berhasil.
Walaupun
demikian, untuk mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, bukan
berarti selalui menyetujui semua nilai praktik lokal. Terdapat banyak keadaan
suatu nilai kebudayaan masyarakat bukan hanya bertentangan dengan yang di anut
pekerja, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM. Contoh-contohnya
mungkin seorang pekerja dalam sebuah masyarakat akan menemukan penindasan
perempuan dibenarkan sebagai bagian dari kultur tradisional. Dalam kasus tadi,
penting bagi pekerja untuk mampu melepaskan kacamata kudanya yang membuat dia
berpandangan sempit, dan menerima/ mengesahkan kultur masyarakat lokal. Kasus
pertama, yakni kultur lokal dilihat berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM,
hanya sedikit yang akan diperoleh seorang pekerja masyarakat yang mengadopsi
suatu posisi konfrontatif; ini akan dengan mudah berakibat sang pekerja ditolak
oleh masyarakat. tetapi pekerja masyarakat perlu mengingat dua hal penting
tentang kultur. Pertama, bahwa suatu kebudayaan tidak pernah statis: nilai dan
praktik kebudayaan selalu berubah, dan tantangannya adalah menolong masyarakat
terlibat dengan proses perubahan kebudayaan deengan suatu cara yang reflektif
dan membangun. Kedua, bahwa tidak ada kebudayaan yang monolitis. Akan ada orang
dalam masyarakat yang tidak sepenuhnya setuju dengan nilai-nilai kebudayaan
dominan, dan yang tidak terlibat dalam praktik kebudayaan tertentu
(melakukannya dengan was-was). Nilai-nilai dan praktik-praktik kebudayaan diuji
atau dipertandingkan dalam lingkup masyarakat, dan ini salah satu penyebab yang
membuat kebudayaan dinamis ketimbang statis.
Hal
yang penting adalah bahwa nilai-nilai kultural lokal adalah penting dalam
pengembangan masyarakat, dan dengan demikian adalah hakiki untuk seorang
pekerja masyarakat untuk berupaya mengerti dan menerima kultur lokal seperti
itu, dan bila mungkin mengesahkan dan bekerja dengan kultur tersebut. Berupaya
memaksa suatu nilai yang lain hanya karena pekerja lebih terbiasa dan nyaman
dengan itu, adalah melakukan suatu imperialisme kultural yang melemahkan dan
berlawanan dengan prinsip-prinsip
pengembangan masyarakat. bahkan, ketika nilai-nilai dan praktik-praktik
kebudayaan suatu masyarakat mngangkat isu-isu HAM yang penting, seorang pekerja
masyarakat perlu menghormati dan menerima pentingnya kultural lokal bagi warga
masayrakat tersebut, dan menggunakannya sebagai sebuah titik permulaan untuk
bekerja menuju perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar