Selasa, 17 Desember 2013

Menghargai Kebudayaan Lokal

Kebudayaan lokal masyarakat dapat terkikis oleh pemaksaan nilai-nilai dominan dari luar, dengan demikian menghilangkan nilai dan menganggap rendah pengalaman masyarakat lokal (Kleymeyer, 1994). Jika tidak hati-hati pengembang masyarakat dapat dengan mudah menjadi bagian dari erosi kultur lokal ini. Asumsi-asumsi (sering tanpa disadari) tindakan yang tepat tentang cara mengerjakan sesuatu, tentang apa yang penting. Pekerja harus berhati-hati untuk tidak mengasumsikan superioritas tradisi-tradisi kebudayaannya sendiri, dan jika tidak mampu mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, maka upaya yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat tidak akan berhasil.
Walaupun demikian, untuk mengakui dan bekerja dalam lingkup kebudayaan lokal, bukan berarti selalui menyetujui semua nilai praktik lokal. Terdapat banyak keadaan suatu nilai kebudayaan masyarakat bukan hanya bertentangan dengan yang di anut pekerja, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM. Contoh-contohnya mungkin seorang pekerja dalam sebuah masyarakat akan menemukan penindasan perempuan dibenarkan sebagai bagian dari kultur tradisional. Dalam kasus tadi, penting bagi pekerja untuk mampu melepaskan kacamata kudanya yang membuat dia berpandangan sempit, dan menerima/ mengesahkan kultur masyarakat lokal. Kasus pertama, yakni kultur lokal dilihat berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM, hanya sedikit yang akan diperoleh seorang pekerja masyarakat yang mengadopsi suatu posisi konfrontatif; ini akan dengan mudah berakibat sang pekerja ditolak oleh masyarakat. tetapi pekerja masyarakat perlu mengingat dua hal penting tentang kultur. Pertama, bahwa suatu kebudayaan tidak pernah statis: nilai dan praktik kebudayaan selalu berubah, dan tantangannya adalah menolong masyarakat terlibat dengan proses perubahan kebudayaan deengan suatu cara yang reflektif dan membangun. Kedua, bahwa tidak ada kebudayaan yang monolitis. Akan ada orang dalam masyarakat yang tidak sepenuhnya setuju dengan nilai-nilai kebudayaan dominan, dan yang tidak terlibat dalam praktik kebudayaan tertentu (melakukannya dengan was-was). Nilai-nilai dan praktik-praktik kebudayaan diuji atau dipertandingkan dalam lingkup masyarakat, dan ini salah satu penyebab yang membuat kebudayaan dinamis ketimbang statis.

Hal yang penting adalah bahwa nilai-nilai kultural lokal adalah penting dalam pengembangan masyarakat, dan dengan demikian adalah hakiki untuk seorang pekerja masyarakat untuk berupaya mengerti dan menerima kultur lokal seperti itu, dan bila mungkin mengesahkan dan bekerja dengan kultur tersebut. Berupaya memaksa suatu nilai yang lain hanya karena pekerja lebih terbiasa dan nyaman dengan itu, adalah melakukan suatu imperialisme kultural yang melemahkan dan berlawanan  dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. bahkan, ketika nilai-nilai dan praktik-praktik kebudayaan suatu masyarakat mngangkat isu-isu HAM yang penting, seorang pekerja masyarakat perlu menghormati dan menerima pentingnya kultural lokal bagi warga masayrakat tersebut, dan menggunakannya sebagai sebuah titik permulaan untuk bekerja menuju perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar