Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya "mungkin". Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa". Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.
Sejak kapan fungsi individulistis dari seni mulai tampak ?, katanya para sejarawan lagi, beliau-beliau mengatakan sejak seni memasuki jaman moderen. Kenapa ini bisa terjadi ? (ini kata saya sedikit mengutip kata-kata para ahli yang terdahulu). Karena mengikuti pola berfikir manusia yang maunya mencari kebaruan dan membuat perubahan (entah baik atau buruk).
Begini ceritanya :Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya , basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.
Seni pada perkembangannya di jaman moderen mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan/ seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "Seni Tinggi" untuk Seni Murni dan "Seni Rendah" untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen.
Terakhir kita menuju pada jaman Post-moderen/Kontemporer. Di jaman Kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya. Mungkin disini saya akan memberi sedikit ilustrasi :
Di era Kontemporer ini aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain, namun sekarang mungkin kesemuanya itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang. Radikal,.ya..???. itu hanya kelihatannya ????.
Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah "mungkin". Marah atau jenuh pada siapa :1. Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada2. Atau para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka, dll (ini katanya Adi Wicaksono yang sepertinya seorang kritikus seni yang dari Jogya itu..Lho..!!!!). 3. Atau para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.
Di era kontemporer ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru semisal: 1. Klik Art : yang dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi. Tapi perlu di ingat dalam klik art ini kamu harus bisa mengoperasikan komputer dan progaram- progaramnya yang di gunakan dalam kegiatan ini, misalnya: Corel Draw, Photosop, atau yang lainnya, begitu.2. Net Art : adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet), di net art ini kamu bisa mengubah gambarnya juga lho, atau mengurangi dan menambahi, atau mungkin kamu mangganti ini sial pembuatnya dengan namamu itu sah-sah saja tidak ada yang melarang kok. Namun perlu di ingat walaupun kamu merubah atau mengganti inisial pencipta pada karya net art ini sipembuat akan semakain bangga karena ia merasa menang dan puas karena karyanya ternyata interaktif dan lebih parah lagi kamu sudah masuk perangkap permainan sang pembuat. Satu lagi yang terkenal bukan kamu namun si pemilik situs dimana karya itu di muat,...tahu nggak ////// kapok kon salah' e dewe. Tapi asik kok coba saja. 3. Vidio Art/vidio instalasi : vidio art ini tidak beda dengan seni instalasi yang mana dalam aktulisasinya si seniman memanfatkan teknologi telvisi yang terkoneksi dengan vidio, atau komputer, jadi pesan yang ingin di sampaikan si kreator itu di serahkan pada seonggok mesin, tapi kadang si kreator juga menyertakan tubuhnya atau tubuh orang lain, yang sepertinya kita melihat itu mirip seni pertunjukan, namun ini bukan seni pertunjukan lho, karena masih ada unsure rupa-nya, namun juga bukan seni rupa lho karana dalam vidio art ini unsure gerak, bunyi, dan sastra juga di pakai. Dan banyak bentuk seni-seni yang lain saja sedikit lupa dan sudah capek menyebutkan satu-persatu, tapi mungkin dari kalian sudah ada yang tahu bahkan lebih tahu dari say,...he.he..he..e..ee..eeeh.ehhhh.. ehhhk..grokhg. !!!!!!!. huwek cuihhhhhhh. ( Sori ya sedikit agak kopros soale aku wis bosen ngetik)
Yang jelas pada jaman kontemporer ini sekat antara cabang-cabang seni berusaha dihilangkan atau bahkan sudah hancur, maksudnya sekat antara cabang seni itu adalah:...., yang dulunya ada seni rupa sendiri, lantas seni tari, seni musik, atau mungkin seni-seni yang bau itu Lho !! Yang ada adalah hanya kata dan bentuk kesenian yang mempunyai hasil atau artefak yang bisa dinikmati, diapresiasi, diinterprestasi, diperjual belikan atau kalau menurut kamu jelek bisa di caci maki..bebaslah yang penting tidak sampai menyinggung perasaan yang membuat, karena apa nanti kamu bisa-bisa di caci maki ganti, atau lebih parah kamu bisa di-kaplok.
Okey.. Itu cerita saya tentang pengertian seni secara umum beserta sejarahnya
Sumber : http://endonesa.net/ email : Sawir@endonesa.net
Rabu, 30 Maret 2011
Senin, 28 Maret 2011
Karl Marx
Karl Marx
Karl Heinrich Marx (lahir di Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – meninggal di London, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.[1]
Biografi
Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi.[1] Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara.[1] Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich.[1] Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier.[1] Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.[1]
Pendidikan
Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun.[2] Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835.
Pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk.[2] Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana.[2] Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin.[2] Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu.[2] Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.[2] Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.[2]
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian.[2] Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.[2]
Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap guru mereka.[1] Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian.[1] Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal.[1] Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala.[1] Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah.[1] Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya.[3] Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda.[1] Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur.[1]
Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya.[1] Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”[1] Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).[1]
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus.[1] Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.[1]
Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.[1]“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini[1]. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.[1]Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini.[1] Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-[1]
Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi.[1]Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini.[1] Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.[1]
Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfir yang lebih liberal di Paris.[2] Disana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –sosialisme Prancis dan ekonomi politik Inggris.[2] Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya.[2]
Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich Engels sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya.[4] Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil, dan menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja.[2] Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan diantara kedua orang ini.[2] Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga.[2] Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga.[2] Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya.[2] Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Prancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya.[2] Dalam percakapan itu Engels mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini."[5] Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England.[2] Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak diantaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Family dan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi.[6]
Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya.[7] Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx.[2]
Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx.[8] Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx.[2] Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Prancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1945, dan ia berpindah ke Brussel.[2] Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional.[2] Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya.[2] Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik.[9]
Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis.[2] Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum.[2] Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal.[2] Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels.[10]
Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional.[2] Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya.[1] Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx.[2] Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883.[2]
Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti.[1] Ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal.[1] Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia.[1]Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke-20.[1]
Karl Heinrich Marx (lahir di Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – meninggal di London, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.[1]
Biografi
Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi.[1] Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara.[1] Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich.[1] Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier.[1] Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.[1]
Pendidikan
Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun.[2] Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835.
Pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk.[2] Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana.[2] Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin.[2] Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu.[2] Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.[2] Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.[2]
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian.[2] Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.[2]
Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap guru mereka.[1] Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian.[1] Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal.[1] Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala.[1] Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah.[1] Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya.[3] Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda.[1] Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur.[1]
Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya.[1] Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”[1] Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).[1]
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus.[1] Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.[1]
Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.[1]“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini[1]. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.[1]Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini.[1] Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-[1]
Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi.[1]Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini.[1] Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.[1]
Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfir yang lebih liberal di Paris.[2] Disana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –sosialisme Prancis dan ekonomi politik Inggris.[2] Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya.[2]
Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich Engels sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya.[4] Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil, dan menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja.[2] Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan diantara kedua orang ini.[2] Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga.[2] Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga.[2] Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya.[2] Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Prancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya.[2] Dalam percakapan itu Engels mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini."[5] Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England.[2] Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak diantaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Family dan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi.[6]
Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya.[7] Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx.[2]
Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx.[8] Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx.[2] Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Prancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1945, dan ia berpindah ke Brussel.[2] Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional.[2] Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya.[2] Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik.[9]
Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis.[2] Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum.[2] Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal.[2] Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels.[10]
Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional.[2] Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya.[1] Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx.[2] Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883.[2]
Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti.[1] Ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal.[1] Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia.[1]Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke-20.[1]
Minggu, 27 Maret 2011
SUMBANGAN ILMU DAKWAH TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
PENDAHULUAN
Pengetahuan adalah gambaran atau kesan yang terdapat dalam fikiran manusia tentang suatu hal, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun abstrak sebagai hasil dari penangkapan beberapa inderanya.
S.I Poeradisastro mengartikan pengetahuan sebagai: kumpulan fakta yang saling berhubungan satu sama lain mengenai suatu hal tertentu.
Terlepas apakah pengetahuan itu merupakan pengetahuan yang khusus maupun pengetahuan yang umum, suatu pengetahuan itu memiliki dua tingkatan yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan biasa adalah pengetahuan yang digunakan orang, terutama untuk kehidupannya sehari-hari tanpa disertai penyelidikan lebih lanjut dengan lebih intensif tentang seluk beluk sebab dan akibatnya. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang tidak sekedar ilmu semata-mata, tetapi pengetahuan yang disertai dengan penyelidikan yang mendalam sehingga dapat diyakini kebenaranya serta diketahui apa sebabnya demikian, dan mengapa harus demikian.
Pengetahuan mengenai dakwah seperti diterangkan diatas adalah merupakan pengetahuan biasa, karena pengetahuan ini hanya sekadar tahu tentang dakwah tanpa adanya penyelidikan dan analisis lebih lanjut, tentu saja untuk menjadikan ilmu dakwah menjadi sebuah ilmu pengetahuan memerlukan persyaratan.
Dakwah baru dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, apabila memenuhi beberapa syarat-syarat di bawah ini:
1.Objektif
Telah memiliki objek study dan diterangkan secara objektif.
2.Universal
Pengetahuan dakwah yang telah diketahui kebenaranya secara umum oleh masyarakat dan dapat terbuka, teruji oleh setiap orang.
3.Metodik
Telah menggunakan metode yang tepat dalam memahami object studinya.
4.Sistematik
Pengetahuan dakwah telah tersusun secara menyeluruh yang bagian-bagiannya memiliki kolerasi antara satu dengan yang lainnya, agar lebih dapat memahami tingkatan keilmuan ilmu dakwah, sejauh ini perlu dianalisis dengan tiga landasan, yaitu:
a. .Landasan Ontologis
Objek telaah ilmu dakwah adalah system panggilan islam terhadap manusia agar melaksanakan ajaran Alloh dan Rosul-Nya(membicarakan tentang yang ada).
b. .Landasan Epistemologi
Melihat sejauh mana suatu pengetahuan telah diperoleh melalui pendekatan ilmiah (membicarakan tentang pengetahuan).
c. Landasan Axiologis
Pengetahuan adalah kekuasaan kata”francis bacon”.
PEMBAHASAN
A.Dakwah dan keilmuannya
Jalaludin rahmat mengatakan bahwa dakwah dan pengetahuan adalah fenomena Sosial yang dirangsang oleh nash-nash agama islam. Fakta-fakta sosial tersebut dapat dikaji secara empiris terutama pada aspek penyampaian dakwah serta internalisasi nilai agama bagi penerima dakwah.
Dakwah yang demikian itu baik, yang mana dilakukan secara perorangan atau kelompok, ataupun lembaga yang melakukan dengan menggunakan berbagai media, pendek kata yaitu dakwah dengan segala problematikanya, itu juga merupakan kenyataan sosial yang dapat di amati sehingga akan memunculkan sebuah pengetahuan
Ilmu dakwah menurut Toha Yahya Umar adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,menyetujui,melaksanakan suatu ideologi,pendapat ataupun pekerjaan tertentu.
Ilmu dakwah selalu membutuhkan bantuan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya didalam memahami objek study materi dan objek study formalnya. Bentuk kerjasama atau keterkaitan antara ilmu dakwah dengan ilmu pengetahuan lainnya antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Ilmu dakwah dan ilmu pengetahuan agama islam
Ilmu dakwah yang menerangkan seluk beluk dakwah islamiyah atau penyampaian ajaran islam kepada orang lainyang memiliki kaitan erat dengan ilmu pengetahuan agama islam seperti fiqih, tafsir, dll.
2.Ilmu dakwah dan ilmu pengetahuan social politik
Ilmu pengetahuan social yang dibicarakan sesuatu menurut apa adanya dan tidak membicarakan bagaimana suatu itu seharusnya, seperti ilmu –ilmu normative: sosiologi, antropologi, psikologi.
3.Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu normative
Ilmu-ilmu normatif yang dimaksud yaitu ilmu-ilmu yang membicarakan bagaimana sesuatu itu, contohnya:ilmu penelitian/ilmu riset, ilmu logika, ilmu bimbingan dan penyuluhan.
B.Dakwah sebagai ilmu
Pengertian “ilmu’’ sering dikacaukan dengan pengertian “pengetahuan’’.
pengetahuan adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia sebagai hasil sentuhan dengan obyek tertentu. Kesan itu kemudian diberi lambang dalam wujud ‘kata’ atau lukisan dalam wujud untain kata-kata. Sedangkan “ilmu’’ adalah sejumlah pengetahuan yang tersusun secara sistematis,logis,hasil pemikiran manusia, obyektif atau dapat diuji oleh siapapun. Senada dengan pendapat diatas, Soekanto mengemukakan unsur-unsur (elemen) yang merupakan bagian-bagian dari ilmu, antara lain: pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran, dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum(obyektif). Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan, dimana pengetahuan meruopakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu, Ilmu, disamping merupakan kumpulan pengetahuan, juga harus mempunyai obyek dan metode (cara kerja) tertentu yang sifatnya umum.
Sedangkan menurut Amrulloh Ahmad, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sebagai hasil belajar manusia terhadap ayat-ayat Alloh dengan tujuan untuk beribadah kepada Alloh mencari kebenaran, untuk kesejahteraan hidup di dunia dan agar semakin bertaqwa kepada kepada Alloh SWT.
C. Subyek Dakwah dan Ilmu Pengetahuan
Subyek dakwah adalah seorang yang yang menjadi sumber ide, sehingga pesan dakwah akan sangat dipengaruhi oleh keahlian, kecerdasan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku seorang da’i, begitu pula dengan subyek pengetahuan.
Seorang da’i harus memiliki pengetahuan, orang yang memiliki pengetahuan juga harus mengetahui cara dakwah untuk menyampaikan pegetahuan yang ia ketahui. Dengan demikian keduanya akan terjalin interaksi satu sama lain.
D.Objek Dakwah dan Pengetahuan
Ciri khusus untuk mengetahui ilmu yang satu dengan yang lain adalah terletak pada objeknya terutama objek formalnya. Adapun objek penelaahan ilmu dakwah adalah memiliki objek-objek material dan objek formal.
Objek material dakwah sebagaimana ilmu-ilmu sejenis lainnya adalah tentang tingkah laku manusia. Sedangkan objek formal nya adalah “ usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran islam agar menerima, meyakini dan mengamalkan ajaran islam bahkan memperjuangkannya”. Dengan demikian, maka yang menjadi objek telaahan ilmu dakwah adalah manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktivitas dakwah. Tegasnya, masalah-masalah yang dikandung dalam pemnahasan ilmu dakwah adalah semua permasalahan yang timbul dan melingkupi persoalan aktivitas dakwah, sebagai konsekuensi sebab akibat adanya manusia yang menyeru atau mengajak manusia lain kepada islam.
Dari proses ajakan, dorongan, motivasi, dan bentuk-bentuk sejenis lainnya membutuhkan pemnahasan dan pemecahan secara tuntas, atau paling tidak membutuhkan metodologi yang sistematis, dengan dasar inilah ”ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan” diperlukan.
E. Metode Dakwah terhadap Pengetahuan
Ada sebagian pihak yang meragukan tentang keberadaan dakwah sebagai suatu ilmu. Untuk mengetahui apakah dakwah itu dapat dikatakan sebagai suatu ilmu, maka perlu kiranya dikemukakan dasar timbulnya ilmu itu sendiri yang sekaligus dapat dijadikan landasannya.
bahwasannya asumsi dakwah merupakan pengetahuan normatif yang berarti bahwa ilmu dakwah merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk yang hidup di masyarakat. Dengan asumsi tersebut maka ilmu dakwah erat kaitannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan normatif lainnya seperti ilmu-ilmu agama, filsafat, kebudayaan serta ilmu sosiologi yang dikategorikan sebagai disiplin ilmu merupakan sumber-sumber nilai kejidupan. Dengan demikian ilmu dakwah merupakan suatu ilmu yang normatif dogmatis yaitu pemahaman yang diambil Alquran dan sunnah seperti yang lazim diketahui dalam pembahasan-pembahasan ilmu pegetahuan yang lain.
Pada sisi lain, bahwa belum adanya pengalaman yang mapan dalam tradisi keilmuan ini justru menjadikan ilmu dakwah sebagai disiplin ilmu yang paling challenging (mendatangkan tantangan). Sementara ini belum banyak di ungkap sejarah perkembangan ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Firdaus, KH.1993. Mutiara Dakwah. Jakarta.
Samsul Munir Amin, Drs. M.A. Ilmu Dakwah. Jakarta: Azam, 2009.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Soekanto, soejarno, Sosiologo Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1989.
Toha Yahya Omar, Prof, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979.
Pengetahuan adalah gambaran atau kesan yang terdapat dalam fikiran manusia tentang suatu hal, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun abstrak sebagai hasil dari penangkapan beberapa inderanya.
S.I Poeradisastro mengartikan pengetahuan sebagai: kumpulan fakta yang saling berhubungan satu sama lain mengenai suatu hal tertentu.
Terlepas apakah pengetahuan itu merupakan pengetahuan yang khusus maupun pengetahuan yang umum, suatu pengetahuan itu memiliki dua tingkatan yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan biasa adalah pengetahuan yang digunakan orang, terutama untuk kehidupannya sehari-hari tanpa disertai penyelidikan lebih lanjut dengan lebih intensif tentang seluk beluk sebab dan akibatnya. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang tidak sekedar ilmu semata-mata, tetapi pengetahuan yang disertai dengan penyelidikan yang mendalam sehingga dapat diyakini kebenaranya serta diketahui apa sebabnya demikian, dan mengapa harus demikian.
Pengetahuan mengenai dakwah seperti diterangkan diatas adalah merupakan pengetahuan biasa, karena pengetahuan ini hanya sekadar tahu tentang dakwah tanpa adanya penyelidikan dan analisis lebih lanjut, tentu saja untuk menjadikan ilmu dakwah menjadi sebuah ilmu pengetahuan memerlukan persyaratan.
Dakwah baru dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, apabila memenuhi beberapa syarat-syarat di bawah ini:
1.Objektif
Telah memiliki objek study dan diterangkan secara objektif.
2.Universal
Pengetahuan dakwah yang telah diketahui kebenaranya secara umum oleh masyarakat dan dapat terbuka, teruji oleh setiap orang.
3.Metodik
Telah menggunakan metode yang tepat dalam memahami object studinya.
4.Sistematik
Pengetahuan dakwah telah tersusun secara menyeluruh yang bagian-bagiannya memiliki kolerasi antara satu dengan yang lainnya, agar lebih dapat memahami tingkatan keilmuan ilmu dakwah, sejauh ini perlu dianalisis dengan tiga landasan, yaitu:
a. .Landasan Ontologis
Objek telaah ilmu dakwah adalah system panggilan islam terhadap manusia agar melaksanakan ajaran Alloh dan Rosul-Nya(membicarakan tentang yang ada).
b. .Landasan Epistemologi
Melihat sejauh mana suatu pengetahuan telah diperoleh melalui pendekatan ilmiah (membicarakan tentang pengetahuan).
c. Landasan Axiologis
Pengetahuan adalah kekuasaan kata”francis bacon”.
PEMBAHASAN
A.Dakwah dan keilmuannya
Jalaludin rahmat mengatakan bahwa dakwah dan pengetahuan adalah fenomena Sosial yang dirangsang oleh nash-nash agama islam. Fakta-fakta sosial tersebut dapat dikaji secara empiris terutama pada aspek penyampaian dakwah serta internalisasi nilai agama bagi penerima dakwah.
Dakwah yang demikian itu baik, yang mana dilakukan secara perorangan atau kelompok, ataupun lembaga yang melakukan dengan menggunakan berbagai media, pendek kata yaitu dakwah dengan segala problematikanya, itu juga merupakan kenyataan sosial yang dapat di amati sehingga akan memunculkan sebuah pengetahuan
Ilmu dakwah menurut Toha Yahya Umar adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,menyetujui,melaksanakan suatu ideologi,pendapat ataupun pekerjaan tertentu.
Ilmu dakwah selalu membutuhkan bantuan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya didalam memahami objek study materi dan objek study formalnya. Bentuk kerjasama atau keterkaitan antara ilmu dakwah dengan ilmu pengetahuan lainnya antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Ilmu dakwah dan ilmu pengetahuan agama islam
Ilmu dakwah yang menerangkan seluk beluk dakwah islamiyah atau penyampaian ajaran islam kepada orang lainyang memiliki kaitan erat dengan ilmu pengetahuan agama islam seperti fiqih, tafsir, dll.
2.Ilmu dakwah dan ilmu pengetahuan social politik
Ilmu pengetahuan social yang dibicarakan sesuatu menurut apa adanya dan tidak membicarakan bagaimana suatu itu seharusnya, seperti ilmu –ilmu normative: sosiologi, antropologi, psikologi.
3.Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu normative
Ilmu-ilmu normatif yang dimaksud yaitu ilmu-ilmu yang membicarakan bagaimana sesuatu itu, contohnya:ilmu penelitian/ilmu riset, ilmu logika, ilmu bimbingan dan penyuluhan.
B.Dakwah sebagai ilmu
Pengertian “ilmu’’ sering dikacaukan dengan pengertian “pengetahuan’’.
pengetahuan adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia sebagai hasil sentuhan dengan obyek tertentu. Kesan itu kemudian diberi lambang dalam wujud ‘kata’ atau lukisan dalam wujud untain kata-kata. Sedangkan “ilmu’’ adalah sejumlah pengetahuan yang tersusun secara sistematis,logis,hasil pemikiran manusia, obyektif atau dapat diuji oleh siapapun. Senada dengan pendapat diatas, Soekanto mengemukakan unsur-unsur (elemen) yang merupakan bagian-bagian dari ilmu, antara lain: pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran, dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum(obyektif). Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan, dimana pengetahuan meruopakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu, Ilmu, disamping merupakan kumpulan pengetahuan, juga harus mempunyai obyek dan metode (cara kerja) tertentu yang sifatnya umum.
Sedangkan menurut Amrulloh Ahmad, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sebagai hasil belajar manusia terhadap ayat-ayat Alloh dengan tujuan untuk beribadah kepada Alloh mencari kebenaran, untuk kesejahteraan hidup di dunia dan agar semakin bertaqwa kepada kepada Alloh SWT.
C. Subyek Dakwah dan Ilmu Pengetahuan
Subyek dakwah adalah seorang yang yang menjadi sumber ide, sehingga pesan dakwah akan sangat dipengaruhi oleh keahlian, kecerdasan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku seorang da’i, begitu pula dengan subyek pengetahuan.
Seorang da’i harus memiliki pengetahuan, orang yang memiliki pengetahuan juga harus mengetahui cara dakwah untuk menyampaikan pegetahuan yang ia ketahui. Dengan demikian keduanya akan terjalin interaksi satu sama lain.
D.Objek Dakwah dan Pengetahuan
Ciri khusus untuk mengetahui ilmu yang satu dengan yang lain adalah terletak pada objeknya terutama objek formalnya. Adapun objek penelaahan ilmu dakwah adalah memiliki objek-objek material dan objek formal.
Objek material dakwah sebagaimana ilmu-ilmu sejenis lainnya adalah tentang tingkah laku manusia. Sedangkan objek formal nya adalah “ usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran islam agar menerima, meyakini dan mengamalkan ajaran islam bahkan memperjuangkannya”. Dengan demikian, maka yang menjadi objek telaahan ilmu dakwah adalah manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktivitas dakwah. Tegasnya, masalah-masalah yang dikandung dalam pemnahasan ilmu dakwah adalah semua permasalahan yang timbul dan melingkupi persoalan aktivitas dakwah, sebagai konsekuensi sebab akibat adanya manusia yang menyeru atau mengajak manusia lain kepada islam.
Dari proses ajakan, dorongan, motivasi, dan bentuk-bentuk sejenis lainnya membutuhkan pemnahasan dan pemecahan secara tuntas, atau paling tidak membutuhkan metodologi yang sistematis, dengan dasar inilah ”ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan” diperlukan.
E. Metode Dakwah terhadap Pengetahuan
Ada sebagian pihak yang meragukan tentang keberadaan dakwah sebagai suatu ilmu. Untuk mengetahui apakah dakwah itu dapat dikatakan sebagai suatu ilmu, maka perlu kiranya dikemukakan dasar timbulnya ilmu itu sendiri yang sekaligus dapat dijadikan landasannya.
bahwasannya asumsi dakwah merupakan pengetahuan normatif yang berarti bahwa ilmu dakwah merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk yang hidup di masyarakat. Dengan asumsi tersebut maka ilmu dakwah erat kaitannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan normatif lainnya seperti ilmu-ilmu agama, filsafat, kebudayaan serta ilmu sosiologi yang dikategorikan sebagai disiplin ilmu merupakan sumber-sumber nilai kejidupan. Dengan demikian ilmu dakwah merupakan suatu ilmu yang normatif dogmatis yaitu pemahaman yang diambil Alquran dan sunnah seperti yang lazim diketahui dalam pembahasan-pembahasan ilmu pegetahuan yang lain.
Pada sisi lain, bahwa belum adanya pengalaman yang mapan dalam tradisi keilmuan ini justru menjadikan ilmu dakwah sebagai disiplin ilmu yang paling challenging (mendatangkan tantangan). Sementara ini belum banyak di ungkap sejarah perkembangan ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Firdaus, KH.1993. Mutiara Dakwah. Jakarta.
Samsul Munir Amin, Drs. M.A. Ilmu Dakwah. Jakarta: Azam, 2009.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Soekanto, soejarno, Sosiologo Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1989.
Toha Yahya Omar, Prof, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979.
Akhlak Tasawuf
akhlak tasawuf adalah Sebagian orang salah paham dengan istilah zuhud. Mereka berpikir bahwasannya hidup zuhud adalah hidup tanpa harta. Mereka berpikir zuhud adalah hidup miskin. Lalu apa yang dimaksud dengan zuhud yang sebenarnya?
Mengenai zuhud disebutkan dalam sebuah hadits,
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan)
Dalam hadits di atas terdapat dua nasehat, yaitu untuk zuhud pada dunia, ini akan membuahkan kecintaan Allah, dan zuhud pada apa yang ada di sisi manusia, ini akan mendatangkan kecintaan manusia.
Akan tetapi masih banyak orang awam menganggap ahli sufi itu “sesat”. Mereka melihat orang ahli sufi disebelah saja dalam artian, sudut pandang yang tidak bersependapat dengan apa yang diketahui, lebih mudahnya tidak sepaham, mereka yang beranggapan seperti itu karna memaknai arti "من رانى فقد راى الحق" dengan texstual, mereka tidak makna yang terkandung didalamnya, maka dari itu, makalah ini akan membahas “makna hakiki tentang zuhud agar orang awam tahu, bagaimana kita menyikapi orang-orang ahli tasawuf, agar terjadi hubungan harmonis diantara mereka, karna selama ini kebanyakan kita melihat adanya kontradiksi diantaranya.A. Pengertian Zuhud yang Amat Baik
Jika kita lihat pengertian zuhud yang lebih bagus dan mencakup setiap pengertian zuhud yang disampaikan oleh para ulama, maka pengertian yang sangat bagus adalah yang disampaikan oleh Abu Sulaiman Ad Daroni. Beliau mengatakan, “Para ulama berselisih paham tentang makna zuhud di Irak. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah enggan bergaul dengan manusia. Ada pula yang mengatakan, “Zuhud adalah meninggalkan berbagai macam syahwat.” Ada pula yang memberikan pengertian, “Zuhud adalah meninggalkan rasa kenyang” Namun definisi-definisi ini saling mendekati.
"ان الزهد في ترك مايشغللك عن الله"
Zuhud adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.” (Disebutkan oleh Abu Nu’aim Al Ashbahani dalam Hilyatul Awliya’, 9/258, Darul Kutub Al ‘Arobi, Beirut, cetakan keempat, 1405 H.)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Definisi zuhud dari Abu Sulaiman ini amatlah bagus. Definisi telah mencakup seluruh definisi, pembagian dan macam-macam zuhud.”
Jika bisnis yang dijalani malah lebih menyibukkan pada dunia sehingga lalai dari kewajiban shalat, maka sikap zuhud adalah meninggalkannya. Begitu pula jika permainan yang menghibur diri begitu berlebihan dan malah melalaikan dari Allah, maka sikap zuhud adalah meninggalkannya. Demikian pengertian zuhud yang amat luas cakupan maknanya.
Ada pendapat lain yang mengatakan:
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
B. Zuhud Bukan Berarti Mencela Dunia Secara Mutlak
Ada sebuah perkataan dari ‘Ali bin Abi Tholib namun dengan sanad yang dikritisi. ‘Ali pernah mendengar seseorang mencela-cela dunia, lantas beliau mengatakan, “Dunia adalah negeri yang baik bagi orang-orang yang memanfaatkannya dengan baik. Dunia pun negeri keselamatan bagi orang yang memahaminya. Dunia juga adalah negeri ghoni (yang berkecukupan) bagi orang yang menjadikan dunia sebagai bekal akhirat. ...”
Oleh karena itu, Ibnu Rajab mengatakan, “Dunia itu tidak tercela secara mutlak, inilah yang dimaksudkan oleh Amirul Mukminin –‘Ali bin Abi Tholib-. Dunia bisa jadi terpuji bagi siapa saja yang menjadikan dunia sebagai bekal untuk beramal sholih.”
Ingatlah baik-baik maksud dunia itu tercela agar kita tidak salah memahami! Dunia itu jadi tercela jika dunia tersebut tidak ditujukan untuk mencari ridho Allah dan beramal sholih.
C. Zuhud Bukan Berarti Hidup Tanpa Harta
Sebagaimana sudah ditegaskan bahwa dunia itu tidak tercela secara mutlak. Namun sebagian orang masih salah paham dengan pengertian zuhud. Jika kita perhatikan pengertian zuhud yang disampaikan di atas, tidaklah kita temukan bahwa zuhud dimaksudkan dengan hidup miskin, enggan mencari nafkah dan hidup penuh menderita. Zuhud adalah perbuatan hati. Oleh karenanya, tidak hanya sekedar memperhatikan keadaan lahiriyah, lalu seseorang bisa dinilai sebagai orang yang zuhud. Jika ada ciri-ciri zuhud sebagaimana yang telah diutarakan di atas, itulah zuhud yang sebenarnya. Berikut satu kisah yang bisa jadi pelajaran bagi kita dalam memahami arti zuhud.
Abul ‘Abbas As Siroj, ia berkata bahwa ia mendengar Ibrahim bin Basyar, ia berkata bahwa ‘Ali bin Fudhail berkata, ia berkata bahwa ayahnya (Fudhail bin ‘Iyadh) berkata pada ibnu Mubarok
أنت تأمرنا بالزهد والتقلل، والبلغة، ونراك تأتي بالبضائع، كيف ذا ؟
“Engkau memerintahkan kami untuk zuhud, sederhana dalam harta, hidup yang sepadan (tidak kurang tidak lebih). Namun kami melihat engkau memiliki banyak harta. Mengapa bisa begitu?”
يا أبا علي، إنما أفعل ذا لاصون وجهي، وأكرم عرضي، وأستعين به على طاعة ربي.
Wahai Abu ‘Ali (yaitu Fudhail bin ‘Iyadh). Sesungguhnya hidupku seperti ini hanya untuk menjaga wajahku dari ‘aib (meminta-minta). Juga aku bekerja untuk memuliakan kehormatanku. Aku pun bekerja agar bisa membantuku untuk taat pada Rabbku”.(Siyar A'lam An Nubala, Adz Dzahabi, 8/387, Mawqi’ Ya’sub.
D. Penyebutan Zuhud Terhadap Dunia dalam Al Qur’an dan Hadits
Masalah zuhud telah disebutkan dalam beberapa ayat dan hadits. Di antara ayat yang menyebutkan masalah zuhud adalah firman Allah Ta’ala tentang orang mukmin di kalangan keluarga Fir’aun yang mengatakan,
وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)
“Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)
Mustaurid berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ - وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ - فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Dunia seperti air yang tersisa di jari ketika jari tersebut dicelup di lautan sedangkan akhirat adalah air yang masih tersisa di lautan.” Bayangkanlah, perbandingan yang amat jauh antara kenikmatan dunia dan akhirat!
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi no. 2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
E.Tingkatan-tingkatan zuhud
1. Tingkatan Mubtadi’ ( tingkatan pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. ( Menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Menurut Al Gazali, zuhud juga dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya.
2. Meninggalkan keduniaan karna mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
3. Meninggalkan sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya.
Dalam keteragan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah. Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Alloh.
F. Beberapa tokoh ahli zuhud
• (Mansur al-Hallaj)
Barangsiapa mengenal sejarah Islam, ia pasti mengenal kata-kata Anal Haqq. Kata-kata
ini sendiri, sebenarnya sudah menggoda keawaman,apalagi kesalehan seorang muslim. Terlebih lagi ketika ia terkait pada riwayat dan kisah-kisah Mansur al-Hallaj, seorang sufi yang bernama lengkap Husein Ibn Mansur al-Hallaj, orang parsi kelahiran parsi dari desa Baiza, namun mati dipancung ditiang gantungan kekuasaan Islam di Baghdad tepatnya di tepi sungai Euphrat, tempat mengalir bukan hanya sebagian peradaban Islam, tetapi juga sebagian peradaban dunia kita ini, lantaran ia mengucapkan Anal Haqq, ia mengucapkan itu tanpa ia sadari dan ketika ditanya kembali ternyata ia tidak mengucapkan hal tersebut.
Kebesaran dan kematian Mansur al-Hallaj sudah seperti legenda saja. Sebelum digantung, ia ditahan selama 8 tahun lamanya, walaupun di istiana. Tengah digantung ia dipecuti seribu kali, tanpa mengaduh kesakitan. Sesudah dipecut, kepalanya dipenggal. Tapi sebelum dipancung, Mansur al-Hallaj bersenbayang dua raka’at. Kemudian, kedua kaki dan tangannya dipotongi. Badannya digulung kedalam tikar bambu, direndamkan dan dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke khurasan untuk dipersaksikan oleh umat islam dan sejarahnya.
Begitulah kekuasaan dimasa itu, dinasti Abbasiah memuas dirinya dengan lematian Mansur al-Hallaj.
Adapun Mansur al-Hallaj, yang lagi tengah digantung untuk dipenggal kepalanya, ia masih saja memohon kepada alloh agar mengampuni serta memberi karunia meraka yang sedang kerasukan membunuhnya. Bagian akhir sanjak tiang gantungannya berkata:
“ yaa tuhan dengarlah dukaku bagi mereka yang tinggal kelana yang terseok dan tersaruk karena buta lebih buta dari kawanan domba”
Dari cerita diatas kita dapat menganbil sebuah pelajaran berarti yaitu tentang kesetian seseorang kepada sesuatu yang ia cintai, seperti halnya Mansur al-Hallaj yang buta akan dunia, ia tidak memikirkan harta dan semua yang berbahu keduniawian, ia telah sampai ketingkat ma’rifat, dimana tingkat tersebut sudah kedalam tingkatan paling atas, sampai-sampai ia mengatakan Anal Haqq dengan tidak sadar.
Perlu kita ketahui bahwasan antara sufi dan yang bukan sufi, ada beberapa hal yang berbeda, diantaranya:
• Ibadah orang yang bukan sufi bertujuan untuk dapat bernaung di dalam surga, seakan-akan ia beramal di dunia ini untuk ditukarkan dengan kebahagian dengannya
• Sedangkan ibadah orang sufi bertujuan mengekalkan toleransinya dengan alloh azza wajalla, ibadahnya merupakan hubungan yang utama dengan-Nya, bukan mengharap sesuatu atau takut akan sesuatu.
Dilihat dari dua hal diatas,maka kita perlu mengkaji ulang arti dari pada orang ahli tasawuf itu sendiri, jangan kita langsung menganggap bahwasannya orang-orang seperti: Mansur al-Hallaj, syech siti jenar dan ahli-ahli sufi lainnya, itu menyesatkan, sehingga menjadi soroton publik dan beliau dibunuh dengan cara yang tidak lazim (dipasung) dipotong dua tangan dan kakinya. Maka dari itu makalah ini menjelaskan apa maksud dari kezuhudan seorang hamba kepada sang pencipta, dan bagaimana seharusnya kita menyikapi hal seperti itu.
• ( Umar Bin Abdul Aziz)
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah dari Bani Ummaiyah yang ke delapan dan disebut juga sebagai khulafaur rasyidin yang kelima, beliau lahir di halawan mesir, ia adalah seorang khalifah yang patut kita contoh, semisal keteladannya beliau, kezuhudan terhadap harta yang beliau miliki, beliau tidak mau bersenang-bersenang diatas penderitaan orang lain. Umar bin abdul aziz menafkahkan semua hartanya ke Baitul Mal dan untuk kepentingan rakyat.
Di lain waktu ada salah satu sahabat menghampiri beliau, dan sebelum itu beliau bertanya kepada seseorang itu, “hai sahabat sebelumnya ku ingin bertanya kepada engkau, maksud kedatangan mu kesini untuk membicarakan kepentingan mu sendiri atau kepentingan negara”? lalu sahabat tersebut menjawab “ kedatanganku kesini hanya ingin membicarakan tentang kepentinganku sendiri”, seketika itu lampu minyak yang tadinya menyala, ditiup Oleh Umar bin Abdul Aziz. Dengan rasa penasaran dan herannya sahabat tersebut langsung bertanya kepada umar bin abdul aziz ” wahai khalifah, apa yang telah engkau lakukan dengan meniup lampu itu. Umar menjawab,” sesungguhnya lampu minyak ini adalah milik negara, yang membiayai adalah menggunakan uang negara, jadi tidak sepatasnya kalau kita menggunakannya bukan untuk kepentingan negara.
Dari statemen diatas dapat kita simpulkan bahwasnnya, Umar bin abdul aziz adalah seorang ahli sufi, yang dimana beliau benar-benar takut akan gemerlap cobaan-cobaan dunia, beliau tidak sedikitpun mengambil sesuatu dari negara yang dipimpinnya, meskipun tho, Umar bin Abdul Aziz hanya memimpin selama (2-3 th), rakyat yang dipimpinnya tidak merasa kesusahan.
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17
Mengenai zuhud disebutkan dalam sebuah hadits,
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan)
Dalam hadits di atas terdapat dua nasehat, yaitu untuk zuhud pada dunia, ini akan membuahkan kecintaan Allah, dan zuhud pada apa yang ada di sisi manusia, ini akan mendatangkan kecintaan manusia.
Akan tetapi masih banyak orang awam menganggap ahli sufi itu “sesat”. Mereka melihat orang ahli sufi disebelah saja dalam artian, sudut pandang yang tidak bersependapat dengan apa yang diketahui, lebih mudahnya tidak sepaham, mereka yang beranggapan seperti itu karna memaknai arti "من رانى فقد راى الحق" dengan texstual, mereka tidak makna yang terkandung didalamnya, maka dari itu, makalah ini akan membahas “makna hakiki tentang zuhud agar orang awam tahu, bagaimana kita menyikapi orang-orang ahli tasawuf, agar terjadi hubungan harmonis diantara mereka, karna selama ini kebanyakan kita melihat adanya kontradiksi diantaranya.A. Pengertian Zuhud yang Amat Baik
Jika kita lihat pengertian zuhud yang lebih bagus dan mencakup setiap pengertian zuhud yang disampaikan oleh para ulama, maka pengertian yang sangat bagus adalah yang disampaikan oleh Abu Sulaiman Ad Daroni. Beliau mengatakan, “Para ulama berselisih paham tentang makna zuhud di Irak. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah enggan bergaul dengan manusia. Ada pula yang mengatakan, “Zuhud adalah meninggalkan berbagai macam syahwat.” Ada pula yang memberikan pengertian, “Zuhud adalah meninggalkan rasa kenyang” Namun definisi-definisi ini saling mendekati.
"ان الزهد في ترك مايشغللك عن الله"
Zuhud adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.” (Disebutkan oleh Abu Nu’aim Al Ashbahani dalam Hilyatul Awliya’, 9/258, Darul Kutub Al ‘Arobi, Beirut, cetakan keempat, 1405 H.)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Definisi zuhud dari Abu Sulaiman ini amatlah bagus. Definisi telah mencakup seluruh definisi, pembagian dan macam-macam zuhud.”
Jika bisnis yang dijalani malah lebih menyibukkan pada dunia sehingga lalai dari kewajiban shalat, maka sikap zuhud adalah meninggalkannya. Begitu pula jika permainan yang menghibur diri begitu berlebihan dan malah melalaikan dari Allah, maka sikap zuhud adalah meninggalkannya. Demikian pengertian zuhud yang amat luas cakupan maknanya.
Ada pendapat lain yang mengatakan:
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
B. Zuhud Bukan Berarti Mencela Dunia Secara Mutlak
Ada sebuah perkataan dari ‘Ali bin Abi Tholib namun dengan sanad yang dikritisi. ‘Ali pernah mendengar seseorang mencela-cela dunia, lantas beliau mengatakan, “Dunia adalah negeri yang baik bagi orang-orang yang memanfaatkannya dengan baik. Dunia pun negeri keselamatan bagi orang yang memahaminya. Dunia juga adalah negeri ghoni (yang berkecukupan) bagi orang yang menjadikan dunia sebagai bekal akhirat. ...”
Oleh karena itu, Ibnu Rajab mengatakan, “Dunia itu tidak tercela secara mutlak, inilah yang dimaksudkan oleh Amirul Mukminin –‘Ali bin Abi Tholib-. Dunia bisa jadi terpuji bagi siapa saja yang menjadikan dunia sebagai bekal untuk beramal sholih.”
Ingatlah baik-baik maksud dunia itu tercela agar kita tidak salah memahami! Dunia itu jadi tercela jika dunia tersebut tidak ditujukan untuk mencari ridho Allah dan beramal sholih.
C. Zuhud Bukan Berarti Hidup Tanpa Harta
Sebagaimana sudah ditegaskan bahwa dunia itu tidak tercela secara mutlak. Namun sebagian orang masih salah paham dengan pengertian zuhud. Jika kita perhatikan pengertian zuhud yang disampaikan di atas, tidaklah kita temukan bahwa zuhud dimaksudkan dengan hidup miskin, enggan mencari nafkah dan hidup penuh menderita. Zuhud adalah perbuatan hati. Oleh karenanya, tidak hanya sekedar memperhatikan keadaan lahiriyah, lalu seseorang bisa dinilai sebagai orang yang zuhud. Jika ada ciri-ciri zuhud sebagaimana yang telah diutarakan di atas, itulah zuhud yang sebenarnya. Berikut satu kisah yang bisa jadi pelajaran bagi kita dalam memahami arti zuhud.
Abul ‘Abbas As Siroj, ia berkata bahwa ia mendengar Ibrahim bin Basyar, ia berkata bahwa ‘Ali bin Fudhail berkata, ia berkata bahwa ayahnya (Fudhail bin ‘Iyadh) berkata pada ibnu Mubarok
أنت تأمرنا بالزهد والتقلل، والبلغة، ونراك تأتي بالبضائع، كيف ذا ؟
“Engkau memerintahkan kami untuk zuhud, sederhana dalam harta, hidup yang sepadan (tidak kurang tidak lebih). Namun kami melihat engkau memiliki banyak harta. Mengapa bisa begitu?”
يا أبا علي، إنما أفعل ذا لاصون وجهي، وأكرم عرضي، وأستعين به على طاعة ربي.
Wahai Abu ‘Ali (yaitu Fudhail bin ‘Iyadh). Sesungguhnya hidupku seperti ini hanya untuk menjaga wajahku dari ‘aib (meminta-minta). Juga aku bekerja untuk memuliakan kehormatanku. Aku pun bekerja agar bisa membantuku untuk taat pada Rabbku”.(Siyar A'lam An Nubala, Adz Dzahabi, 8/387, Mawqi’ Ya’sub.
D. Penyebutan Zuhud Terhadap Dunia dalam Al Qur’an dan Hadits
Masalah zuhud telah disebutkan dalam beberapa ayat dan hadits. Di antara ayat yang menyebutkan masalah zuhud adalah firman Allah Ta’ala tentang orang mukmin di kalangan keluarga Fir’aun yang mengatakan,
وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)
“Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)
Mustaurid berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ - وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ - فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Dunia seperti air yang tersisa di jari ketika jari tersebut dicelup di lautan sedangkan akhirat adalah air yang masih tersisa di lautan.” Bayangkanlah, perbandingan yang amat jauh antara kenikmatan dunia dan akhirat!
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi no. 2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
E.Tingkatan-tingkatan zuhud
1. Tingkatan Mubtadi’ ( tingkatan pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. ( Menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Menurut Al Gazali, zuhud juga dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya.
2. Meninggalkan keduniaan karna mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
3. Meninggalkan sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya.
Dalam keteragan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta benda adalah sesuatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah. Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Alloh.
F. Beberapa tokoh ahli zuhud
• (Mansur al-Hallaj)
Barangsiapa mengenal sejarah Islam, ia pasti mengenal kata-kata Anal Haqq. Kata-kata
ini sendiri, sebenarnya sudah menggoda keawaman,apalagi kesalehan seorang muslim. Terlebih lagi ketika ia terkait pada riwayat dan kisah-kisah Mansur al-Hallaj, seorang sufi yang bernama lengkap Husein Ibn Mansur al-Hallaj, orang parsi kelahiran parsi dari desa Baiza, namun mati dipancung ditiang gantungan kekuasaan Islam di Baghdad tepatnya di tepi sungai Euphrat, tempat mengalir bukan hanya sebagian peradaban Islam, tetapi juga sebagian peradaban dunia kita ini, lantaran ia mengucapkan Anal Haqq, ia mengucapkan itu tanpa ia sadari dan ketika ditanya kembali ternyata ia tidak mengucapkan hal tersebut.
Kebesaran dan kematian Mansur al-Hallaj sudah seperti legenda saja. Sebelum digantung, ia ditahan selama 8 tahun lamanya, walaupun di istiana. Tengah digantung ia dipecuti seribu kali, tanpa mengaduh kesakitan. Sesudah dipecut, kepalanya dipenggal. Tapi sebelum dipancung, Mansur al-Hallaj bersenbayang dua raka’at. Kemudian, kedua kaki dan tangannya dipotongi. Badannya digulung kedalam tikar bambu, direndamkan dan dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke khurasan untuk dipersaksikan oleh umat islam dan sejarahnya.
Begitulah kekuasaan dimasa itu, dinasti Abbasiah memuas dirinya dengan lematian Mansur al-Hallaj.
Adapun Mansur al-Hallaj, yang lagi tengah digantung untuk dipenggal kepalanya, ia masih saja memohon kepada alloh agar mengampuni serta memberi karunia meraka yang sedang kerasukan membunuhnya. Bagian akhir sanjak tiang gantungannya berkata:
“ yaa tuhan dengarlah dukaku bagi mereka yang tinggal kelana yang terseok dan tersaruk karena buta lebih buta dari kawanan domba”
Dari cerita diatas kita dapat menganbil sebuah pelajaran berarti yaitu tentang kesetian seseorang kepada sesuatu yang ia cintai, seperti halnya Mansur al-Hallaj yang buta akan dunia, ia tidak memikirkan harta dan semua yang berbahu keduniawian, ia telah sampai ketingkat ma’rifat, dimana tingkat tersebut sudah kedalam tingkatan paling atas, sampai-sampai ia mengatakan Anal Haqq dengan tidak sadar.
Perlu kita ketahui bahwasan antara sufi dan yang bukan sufi, ada beberapa hal yang berbeda, diantaranya:
• Ibadah orang yang bukan sufi bertujuan untuk dapat bernaung di dalam surga, seakan-akan ia beramal di dunia ini untuk ditukarkan dengan kebahagian dengannya
• Sedangkan ibadah orang sufi bertujuan mengekalkan toleransinya dengan alloh azza wajalla, ibadahnya merupakan hubungan yang utama dengan-Nya, bukan mengharap sesuatu atau takut akan sesuatu.
Dilihat dari dua hal diatas,maka kita perlu mengkaji ulang arti dari pada orang ahli tasawuf itu sendiri, jangan kita langsung menganggap bahwasannya orang-orang seperti: Mansur al-Hallaj, syech siti jenar dan ahli-ahli sufi lainnya, itu menyesatkan, sehingga menjadi soroton publik dan beliau dibunuh dengan cara yang tidak lazim (dipasung) dipotong dua tangan dan kakinya. Maka dari itu makalah ini menjelaskan apa maksud dari kezuhudan seorang hamba kepada sang pencipta, dan bagaimana seharusnya kita menyikapi hal seperti itu.
• ( Umar Bin Abdul Aziz)
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah dari Bani Ummaiyah yang ke delapan dan disebut juga sebagai khulafaur rasyidin yang kelima, beliau lahir di halawan mesir, ia adalah seorang khalifah yang patut kita contoh, semisal keteladannya beliau, kezuhudan terhadap harta yang beliau miliki, beliau tidak mau bersenang-bersenang diatas penderitaan orang lain. Umar bin abdul aziz menafkahkan semua hartanya ke Baitul Mal dan untuk kepentingan rakyat.
Di lain waktu ada salah satu sahabat menghampiri beliau, dan sebelum itu beliau bertanya kepada seseorang itu, “hai sahabat sebelumnya ku ingin bertanya kepada engkau, maksud kedatangan mu kesini untuk membicarakan kepentingan mu sendiri atau kepentingan negara”? lalu sahabat tersebut menjawab “ kedatanganku kesini hanya ingin membicarakan tentang kepentinganku sendiri”, seketika itu lampu minyak yang tadinya menyala, ditiup Oleh Umar bin Abdul Aziz. Dengan rasa penasaran dan herannya sahabat tersebut langsung bertanya kepada umar bin abdul aziz ” wahai khalifah, apa yang telah engkau lakukan dengan meniup lampu itu. Umar menjawab,” sesungguhnya lampu minyak ini adalah milik negara, yang membiayai adalah menggunakan uang negara, jadi tidak sepatasnya kalau kita menggunakannya bukan untuk kepentingan negara.
Dari statemen diatas dapat kita simpulkan bahwasnnya, Umar bin abdul aziz adalah seorang ahli sufi, yang dimana beliau benar-benar takut akan gemerlap cobaan-cobaan dunia, beliau tidak sedikitpun mengambil sesuatu dari negara yang dipimpinnya, meskipun tho, Umar bin Abdul Aziz hanya memimpin selama (2-3 th), rakyat yang dipimpinnya tidak merasa kesusahan.
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17
Senin, 14 Maret 2011
filsafat
filsafat adalah suatu rahasia di dalam rahasia,
filsafat datang sebelum ilmu pengetahuan.dan
filsafat ilmu datang setelah ilmu pengetahuan.
filsafat datang sebelum ilmu pengetahuan.dan
filsafat ilmu datang setelah ilmu pengetahuan.
Kamis, 10 Maret 2011
Langganan:
Postingan (Atom)